Bogor, Warta Kota
MEMILUKAN! Karena membutuhkan uang untuk menghidupi keluarganya, tanpa mempedulikan perutnya yang tengah membuncit karena hamil, seorang perempuan, sebut saja Susi (24), rela menjalani kawin kontrak dengan pria Timur Tengah di Cisarua, Puncak, Bogor.
Sayangnya, sebelum perkawinan sesaat itu terjadi, warga Cigombong, Kabupaten Bogor, itu tertangkap razia petugas gabungan Desa Tugu Utara, Polsek Cisarua, dan Koramil Cisarua, Rabu (8/6) malam di sebuah vila. Dalam razia yang berlangsung selama 4 jam (pukul 19.00-23.00) itu petugas juga mengamankan 7 wanita lainnya yang diduga akan melakukan kawin kontrak seperti halnya Susi.
Sejumlah petugas yang ikut dalam razia itu kaget manakala melihat perut Susi membuncit. Ketika ditanya petugas, wanita berparas manis ini mengakui tengah hamil tiga bulan. "Saya terpaksa melakukan ini pak, saya tidak punya pekerjaan lain. Saya harus membiayai keluarga," kilah Susi.
Ia mengatakan, sebelum tertangkap, dia pernah menjalani kawin kontrak selama satu minggu dengan pria Timur Tengah. Dari hasil perkawinan itu, Susi memperoleh bayaran Rp 7 juta. Tapi dari bayaran sebesar itu, Susi hanya dapat setengahnya. "Setengahnya lagi dipotong oleh perantara," kata wanita yang mengontrak rumah di Kampung Ciburial, Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor ini.
Uang hasil kawin sesaat itu dia pergunakan untuk membiayai kebutuhan keluarga. Susi memiliki orangtua yang tidak berpenghasilan tetap dan beberapa adik yang masih sekolah.
Kisah pilu lainnya dikemukakan Fifi (18 -- bukan nama sebenarnya). Gadis asal Cijantung, Jakarta Timur, ini mengaku nekat melakukan kawin kontrak dengan pria dari Timur Tengah karena harus menghidupi orangtua, dan adiknya yang masih di bangku SMP. Dia mengaku sudah melakukan kawin kontrak sebanyak 11 kali.
Selama kawin kontrak, katanya, dia diberi nafkah Rp 5 juta selama seminggu oleh suami kontraknya. Jika dikontrak selama sebulan, maka Fifi bisa mendapatkan pemasukan hinggga Rp 20 juta. "Tapi uangnya tidak utuh saya terima, 30 persennya dipotong buat mami," katanya.
Menurut pengakuan Fifi, semua kegiatan kawin kontrak dilakukan melalui ijab kabul. Sulung dari tiga bersaudara ini mengaku terpaksa melakukan itu karena tuntutan hidup.
Fifi mengatakan, dia rela meninggalkan bangku sekolah SMP demi untuk mencari uang. "Biarlah saya seperti ini, tetapi adik-adik saya harus menjadi orang. Dua adik saya harus menjadi sarjana dan bekerja yang layak," kata Fifi sambil menitikkan air mata.
Kepada petugas Fifi mengatakan, wanita mana yang secara suka rela bekerja seperti ini. "Kalau orangtua saya mampu, tak sudi saya melakukan ini," ujar Fifi.
Perkenalan dengan pria Arab melalui pembantu sang turis yang dia kenal sebelumnya. "Selama delapan bulan saya menjalani profesi ini, sudah 11 laki-laki Arab saya nikahi. Usia kawin kontrak saya dengan mereka paling pendek tiga minggu dan paling lama satu bulan," ujarnya.
Lain halnya dengan Ima (32) yang juga ikut terjaring razia. Saat ditanya, Ima membantah telah melakukan kawin kontrak. Warga Jakarta Timur itu mengatakan, dirinya berada di villa T karena berprofesi sebagai agency.
"Saya ini agency yang selalu mengantar tamu asal Timur Tengah ke puncak. Mereka kalau mau datang ke Indonesia, selalu telepon saya. Jadi tugas saya sebatas menyediakan tempat penginapan. Tentang ada wanita lalu dilakukan kawin kontrak, saya tidak tahu," kata janda beranak satu itu.
Camat Cisarua, Teddy Pembang mengatakan, semua wanita yang terjaring langsung didata lalu diberi bimbingan rohani. Mereka juga diminta untuk membuat surat pernyataan tidak akan kembali lagi menghuni kawasan Puncak untuk menjajakan diri dan melakukan kawin kontrak.
"Saya sangat terpukul melihat kenyataaan ini. Mereka itu bukan asli warga saya, tapi dari luar Kecamatan Cisarua. Makanya, kalau mereka mengulangi perbuatannya dan tertangkap, akan saya kirim ke panti sosial," kata Teddy.
Musim kawin kontrak
Seperti tahun-tahun sebelumnya, bulan Mei dan Juni ini merupakan musim kawin kontrak karena para turis asal Timur Tengah, terutama dari Arab Saudi, Irak, dan Iran berlibur ke kawasan Puncak, Jawa Barat. Mereka biasanya menghabiskan waktu liburan di kawasan itu hingga tiga bulan ke depan.
Selama musim liburan tersebut, para turis tersebut tinggal di sejumlah hotel dan wisma di daerah Tugu Selatan dan Tugu Utara, Kecamatan Cisarua. Karena situasinya terjadi setiap tahun, sehingga warga setempat kerap menyebutnya sebagai ’Musim Arab’. ”Mereka selama ini tinggal di daerah Warungkaleng, Tugu Utara. Di sini juga ada wilayah yang dinamakan perkampungan Arab,” kata seorang warga Kampung Sampai, Tugu Utara.
Selain wisata menikmati keindahan Puncak atau berbelanja, tidak sedikit turis asing yang berperilaku nakal selama berlibur di kawasan Puncak. ”Sebagiannya sering ’jajan’ atau memesan perempuan. Dan sebagian yang lain ada saja yang melakukan kawin kontrak dengan warga sekitar, dengan biaya antara Rp 5 juta sampai Rp 10 juta. Itu baru mahar, belum kebutuhan sehari-hari lainnya yang pasti dicukupi oleh si turis itu,” ujar warga lainnya.(Soewidia Henaldi)
sumber : http://www.wartakota.co.id/read/news/48896
MEMILUKAN! Karena membutuhkan uang untuk menghidupi keluarganya, tanpa mempedulikan perutnya yang tengah membuncit karena hamil, seorang perempuan, sebut saja Susi (24), rela menjalani kawin kontrak dengan pria Timur Tengah di Cisarua, Puncak, Bogor.
Sayangnya, sebelum perkawinan sesaat itu terjadi, warga Cigombong, Kabupaten Bogor, itu tertangkap razia petugas gabungan Desa Tugu Utara, Polsek Cisarua, dan Koramil Cisarua, Rabu (8/6) malam di sebuah vila. Dalam razia yang berlangsung selama 4 jam (pukul 19.00-23.00) itu petugas juga mengamankan 7 wanita lainnya yang diduga akan melakukan kawin kontrak seperti halnya Susi.
Sejumlah petugas yang ikut dalam razia itu kaget manakala melihat perut Susi membuncit. Ketika ditanya petugas, wanita berparas manis ini mengakui tengah hamil tiga bulan. "Saya terpaksa melakukan ini pak, saya tidak punya pekerjaan lain. Saya harus membiayai keluarga," kilah Susi.
Ia mengatakan, sebelum tertangkap, dia pernah menjalani kawin kontrak selama satu minggu dengan pria Timur Tengah. Dari hasil perkawinan itu, Susi memperoleh bayaran Rp 7 juta. Tapi dari bayaran sebesar itu, Susi hanya dapat setengahnya. "Setengahnya lagi dipotong oleh perantara," kata wanita yang mengontrak rumah di Kampung Ciburial, Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor ini.
Uang hasil kawin sesaat itu dia pergunakan untuk membiayai kebutuhan keluarga. Susi memiliki orangtua yang tidak berpenghasilan tetap dan beberapa adik yang masih sekolah.
Kisah pilu lainnya dikemukakan Fifi (18 -- bukan nama sebenarnya). Gadis asal Cijantung, Jakarta Timur, ini mengaku nekat melakukan kawin kontrak dengan pria dari Timur Tengah karena harus menghidupi orangtua, dan adiknya yang masih di bangku SMP. Dia mengaku sudah melakukan kawin kontrak sebanyak 11 kali.
Selama kawin kontrak, katanya, dia diberi nafkah Rp 5 juta selama seminggu oleh suami kontraknya. Jika dikontrak selama sebulan, maka Fifi bisa mendapatkan pemasukan hinggga Rp 20 juta. "Tapi uangnya tidak utuh saya terima, 30 persennya dipotong buat mami," katanya.
Menurut pengakuan Fifi, semua kegiatan kawin kontrak dilakukan melalui ijab kabul. Sulung dari tiga bersaudara ini mengaku terpaksa melakukan itu karena tuntutan hidup.
Fifi mengatakan, dia rela meninggalkan bangku sekolah SMP demi untuk mencari uang. "Biarlah saya seperti ini, tetapi adik-adik saya harus menjadi orang. Dua adik saya harus menjadi sarjana dan bekerja yang layak," kata Fifi sambil menitikkan air mata.
Kepada petugas Fifi mengatakan, wanita mana yang secara suka rela bekerja seperti ini. "Kalau orangtua saya mampu, tak sudi saya melakukan ini," ujar Fifi.
Perkenalan dengan pria Arab melalui pembantu sang turis yang dia kenal sebelumnya. "Selama delapan bulan saya menjalani profesi ini, sudah 11 laki-laki Arab saya nikahi. Usia kawin kontrak saya dengan mereka paling pendek tiga minggu dan paling lama satu bulan," ujarnya.
Lain halnya dengan Ima (32) yang juga ikut terjaring razia. Saat ditanya, Ima membantah telah melakukan kawin kontrak. Warga Jakarta Timur itu mengatakan, dirinya berada di villa T karena berprofesi sebagai agency.
"Saya ini agency yang selalu mengantar tamu asal Timur Tengah ke puncak. Mereka kalau mau datang ke Indonesia, selalu telepon saya. Jadi tugas saya sebatas menyediakan tempat penginapan. Tentang ada wanita lalu dilakukan kawin kontrak, saya tidak tahu," kata janda beranak satu itu.
Camat Cisarua, Teddy Pembang mengatakan, semua wanita yang terjaring langsung didata lalu diberi bimbingan rohani. Mereka juga diminta untuk membuat surat pernyataan tidak akan kembali lagi menghuni kawasan Puncak untuk menjajakan diri dan melakukan kawin kontrak.
"Saya sangat terpukul melihat kenyataaan ini. Mereka itu bukan asli warga saya, tapi dari luar Kecamatan Cisarua. Makanya, kalau mereka mengulangi perbuatannya dan tertangkap, akan saya kirim ke panti sosial," kata Teddy.
Musim kawin kontrak
Seperti tahun-tahun sebelumnya, bulan Mei dan Juni ini merupakan musim kawin kontrak karena para turis asal Timur Tengah, terutama dari Arab Saudi, Irak, dan Iran berlibur ke kawasan Puncak, Jawa Barat. Mereka biasanya menghabiskan waktu liburan di kawasan itu hingga tiga bulan ke depan.
Selama musim liburan tersebut, para turis tersebut tinggal di sejumlah hotel dan wisma di daerah Tugu Selatan dan Tugu Utara, Kecamatan Cisarua. Karena situasinya terjadi setiap tahun, sehingga warga setempat kerap menyebutnya sebagai ’Musim Arab’. ”Mereka selama ini tinggal di daerah Warungkaleng, Tugu Utara. Di sini juga ada wilayah yang dinamakan perkampungan Arab,” kata seorang warga Kampung Sampai, Tugu Utara.
Selain wisata menikmati keindahan Puncak atau berbelanja, tidak sedikit turis asing yang berperilaku nakal selama berlibur di kawasan Puncak. ”Sebagiannya sering ’jajan’ atau memesan perempuan. Dan sebagian yang lain ada saja yang melakukan kawin kontrak dengan warga sekitar, dengan biaya antara Rp 5 juta sampai Rp 10 juta. Itu baru mahar, belum kebutuhan sehari-hari lainnya yang pasti dicukupi oleh si turis itu,” ujar warga lainnya.(Soewidia Henaldi)
sumber : http://www.wartakota.co.id/read/news/48896
0 komentar:
Post a Comment