INILAH.COM, Jakarta – Pada 16 Agustus nanti, Presiden SBY diprediksi akan menyampaikan angka-angka asumsi makro dan lainnya dengan tinta biru (baik-baik) pada saat menyampaikan pidato Nota Keuangan RAPBN 2012.
“Kalau saya duga, SBY akan memaparkan kinerja ekonomi yang memang sejauh ini cukup baik, misalnya inflasi kan cukup rendah, pertumbuhan ekonomi saya kira 6,5%. Ya standar lah,” ujar Pengamat Ekonomi Universitas Negeri Gajah Mada (UGM) Tony Prasentiantono kepada INILAH.COM melalui sambungan telepon, Sabtu (13/8).
Ditambahkan Tony, angka-angka yang nanti disampaikan belum memasukkan visi jangka panjang seperti pertumbuhan penduduk yang harus ditekan dan ketersediaan infrastruktur. “Nah, hal-hal tersebut menurut dugaan saya akan luput. Tapi yang standar dia akan menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia bisa bertahan dari terpaan krisis termasuk yang sekarang ini terjadi di Amerika. Kita relatif masih bisa cukup bertahan. Selain itu, rupiah menguat dan cadangan devisa besar,” tukasnya.
Menurut Tony, angka-angka makro yang nanti disampaikan, kecuali angka pengangguran dan kemiskinan angkanya pasti yang baik-baik. “Tapi yang masih menjadi perdebatan adalah masalah pengangguran dan kemiskinan karena survei BPS itu tidak terlalu strong atau ketat atau kuat. Untuk menjadi orang yang tidak miskin itu terlalu mudah,” ujarnya.
“Akibatnya angka kemiskinan lebih rendah daripada kenyataan. Ini sudah menjadi problem dalam beberapa tahun terakhir. Angka BPS menunjukkan angka yang menurun atau membaik. Tapi beberapa ekonom termasuk saya cenderung skeptis karena BPS cenderung menggunakan definisi atau tolak ukur yang terlalu lemah atau terlalu mudah dipenuhi. Misalnya, kemiskinan itu definisinya jauh di bawah UMR. Ya angkanya Rp200 ribuan per orang dan itu, menurut saya terlalu rendah sehingga orang miskin seolah-olah sedikit jumlahnya. Jadi ada bias. Itulah yang dugaan saya akan ditampilkan oleh SBY,” jelasnya.
Selain itu, jelas Tony, pemerintah belum memiliki keberanian utnuk menaikkan harga BBM bersubsidi dengan alasan menjaga inflasi. Salah satu alasannya adalah ketidak tingkat kepercayaan masyarakat sedang dalam titik terendah saat ini. “Terutama setelah kasus Nazaruddin. Itu membuat kepercayaan sangat goyah dan rendah. Sehingga kalau memang akan menaikkan harga BBM akan menjadi sesuatu sangat kontraproduktif dan akan direspon sangat negatif oleh pasar dan msyarakat,” tandasnya.
Dalam subsidi BBM, menurut Tony, Presiden akan menyampaikannya dalam pidato nanti yang akan mengandung dua makna. Pertama, penyampaian tersebut akan memberikan kepastian kepada dunia usaha dan pelaku ekonomi lainnya bahwa tidak ada tekanan inflasi yang besar di sisa bulan ini. “Tetapi di sisi lain ini menunjukkan ketidakberanian pemerintah untuk menyehatkan APBN. Karena apa pun alasannya subsidi BBM yang akan menyentuh Rp100 triliun tahun ini. Sebenarnya fiskalnya tidak sehat. Dan itu tidak memberikan sustainable atau tidak membuat APBNN tidak sustainable. Saya juga bisa mengintrerpretasikan itu memang kelemahan kepercayaan kepada pemerintah yang rendah maka pemerintah tidak berani menaikkan harga BBM,” bebernya.
Adapun pertumbuhan ekonomi secara klasik sebetulnya belakangan ini yang tumbuh menonjol adalah di sektor-sektor yang kurang menyerap tenaga kerja, seperti telekomunikasi dan transportasi. “Itu tumbuhnya yang paling cepat bisa mencapai 15%. Yang kedua, peran sektor tersebut kepada GDP tidak terlalu besar dibandingkan dengan sektor manufaktur dan pertanian. Engine atau motor penggerak ekonomi itu justru yang kurang menciptakan kesempatan kerja. Jadi, istilah jobless economic gtowth. Jadi pertumbuhan ekonomi yang kurang menciptakan lapangan kerja,” tukasnya.
Tony juga menduga, SBY akan menyinggung sedikit soal perkembangan perekonomian syariah di Tanah Air mengingat sekarang sedang dalam momen bulan ramadan. “Saya kira mungkin juga karana ini dalam rangka ramadhan. Mungkin baik juga untuk menyampaikan itu. Taoi sebetulnya perkembangan perbankan syariah di Indonesia relatif lambat ya. Sejauh ini peranannya terhadap total perbankan di Indonesia hanya 3%. Itu secara absolut kecil,” ucapnya.
Di sektor perbankan, ia menduga SBY akan menyatakan perkembangannya yang cukup baik. “Perbankan Indonesia saya kira bagus ya saat ini. Sedang tumbuh dengan baik. Kinerjanya bagus. Tapi memang yang menjadi isu sekarang ini adalah masalah kepemilikan asing. tetapi saya tidak terlalu yakin beliau akan meyampaikan hal itu. Tetapi intinya dari sisi kinerja perbankan sekarang sedang bagus-bagusnya, misalnya keberhasilan perbankan untuk menaikkan efisiensi meskipun ddari sisi penurunan suku bunga masih belum seperti yang diinginkan banyak pihak,” ujarnya.
“Saya kira itu perlu waktu. Untuk menurunkan suku bunga harus dimulai dengan meningkatkan efisensi. Itu kan suatu perlu waktu sampai betul-betul diturunkan secara signifikan,” imbuhnya.
Terkait krisis di AS dan Eropa, menurut Tony, pemerintah akan menyampaikan sikap agar tenang menghadapi kedua krisis tersebut.”Sikap tidak panik itu yang menimbulkan recovery indeks harga baik di New York maupun di Jakarta. Saya kira itu akan disinggung SBY. Kita harus tidak panik dan tetap fokus dan ke depan karena prospek Indonesia ke depan masih cukup baik di 2011 ini. [cms]
“Kalau saya duga, SBY akan memaparkan kinerja ekonomi yang memang sejauh ini cukup baik, misalnya inflasi kan cukup rendah, pertumbuhan ekonomi saya kira 6,5%. Ya standar lah,” ujar Pengamat Ekonomi Universitas Negeri Gajah Mada (UGM) Tony Prasentiantono kepada INILAH.COM melalui sambungan telepon, Sabtu (13/8).
Ditambahkan Tony, angka-angka yang nanti disampaikan belum memasukkan visi jangka panjang seperti pertumbuhan penduduk yang harus ditekan dan ketersediaan infrastruktur. “Nah, hal-hal tersebut menurut dugaan saya akan luput. Tapi yang standar dia akan menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia bisa bertahan dari terpaan krisis termasuk yang sekarang ini terjadi di Amerika. Kita relatif masih bisa cukup bertahan. Selain itu, rupiah menguat dan cadangan devisa besar,” tukasnya.
Menurut Tony, angka-angka makro yang nanti disampaikan, kecuali angka pengangguran dan kemiskinan angkanya pasti yang baik-baik. “Tapi yang masih menjadi perdebatan adalah masalah pengangguran dan kemiskinan karena survei BPS itu tidak terlalu strong atau ketat atau kuat. Untuk menjadi orang yang tidak miskin itu terlalu mudah,” ujarnya.
“Akibatnya angka kemiskinan lebih rendah daripada kenyataan. Ini sudah menjadi problem dalam beberapa tahun terakhir. Angka BPS menunjukkan angka yang menurun atau membaik. Tapi beberapa ekonom termasuk saya cenderung skeptis karena BPS cenderung menggunakan definisi atau tolak ukur yang terlalu lemah atau terlalu mudah dipenuhi. Misalnya, kemiskinan itu definisinya jauh di bawah UMR. Ya angkanya Rp200 ribuan per orang dan itu, menurut saya terlalu rendah sehingga orang miskin seolah-olah sedikit jumlahnya. Jadi ada bias. Itulah yang dugaan saya akan ditampilkan oleh SBY,” jelasnya.
Selain itu, jelas Tony, pemerintah belum memiliki keberanian utnuk menaikkan harga BBM bersubsidi dengan alasan menjaga inflasi. Salah satu alasannya adalah ketidak tingkat kepercayaan masyarakat sedang dalam titik terendah saat ini. “Terutama setelah kasus Nazaruddin. Itu membuat kepercayaan sangat goyah dan rendah. Sehingga kalau memang akan menaikkan harga BBM akan menjadi sesuatu sangat kontraproduktif dan akan direspon sangat negatif oleh pasar dan msyarakat,” tandasnya.
Dalam subsidi BBM, menurut Tony, Presiden akan menyampaikannya dalam pidato nanti yang akan mengandung dua makna. Pertama, penyampaian tersebut akan memberikan kepastian kepada dunia usaha dan pelaku ekonomi lainnya bahwa tidak ada tekanan inflasi yang besar di sisa bulan ini. “Tetapi di sisi lain ini menunjukkan ketidakberanian pemerintah untuk menyehatkan APBN. Karena apa pun alasannya subsidi BBM yang akan menyentuh Rp100 triliun tahun ini. Sebenarnya fiskalnya tidak sehat. Dan itu tidak memberikan sustainable atau tidak membuat APBNN tidak sustainable. Saya juga bisa mengintrerpretasikan itu memang kelemahan kepercayaan kepada pemerintah yang rendah maka pemerintah tidak berani menaikkan harga BBM,” bebernya.
Adapun pertumbuhan ekonomi secara klasik sebetulnya belakangan ini yang tumbuh menonjol adalah di sektor-sektor yang kurang menyerap tenaga kerja, seperti telekomunikasi dan transportasi. “Itu tumbuhnya yang paling cepat bisa mencapai 15%. Yang kedua, peran sektor tersebut kepada GDP tidak terlalu besar dibandingkan dengan sektor manufaktur dan pertanian. Engine atau motor penggerak ekonomi itu justru yang kurang menciptakan kesempatan kerja. Jadi, istilah jobless economic gtowth. Jadi pertumbuhan ekonomi yang kurang menciptakan lapangan kerja,” tukasnya.
Tony juga menduga, SBY akan menyinggung sedikit soal perkembangan perekonomian syariah di Tanah Air mengingat sekarang sedang dalam momen bulan ramadan. “Saya kira mungkin juga karana ini dalam rangka ramadhan. Mungkin baik juga untuk menyampaikan itu. Taoi sebetulnya perkembangan perbankan syariah di Indonesia relatif lambat ya. Sejauh ini peranannya terhadap total perbankan di Indonesia hanya 3%. Itu secara absolut kecil,” ucapnya.
Di sektor perbankan, ia menduga SBY akan menyatakan perkembangannya yang cukup baik. “Perbankan Indonesia saya kira bagus ya saat ini. Sedang tumbuh dengan baik. Kinerjanya bagus. Tapi memang yang menjadi isu sekarang ini adalah masalah kepemilikan asing. tetapi saya tidak terlalu yakin beliau akan meyampaikan hal itu. Tetapi intinya dari sisi kinerja perbankan sekarang sedang bagus-bagusnya, misalnya keberhasilan perbankan untuk menaikkan efisiensi meskipun ddari sisi penurunan suku bunga masih belum seperti yang diinginkan banyak pihak,” ujarnya.
“Saya kira itu perlu waktu. Untuk menurunkan suku bunga harus dimulai dengan meningkatkan efisensi. Itu kan suatu perlu waktu sampai betul-betul diturunkan secara signifikan,” imbuhnya.
Terkait krisis di AS dan Eropa, menurut Tony, pemerintah akan menyampaikan sikap agar tenang menghadapi kedua krisis tersebut.”Sikap tidak panik itu yang menimbulkan recovery indeks harga baik di New York maupun di Jakarta. Saya kira itu akan disinggung SBY. Kita harus tidak panik dan tetap fokus dan ke depan karena prospek Indonesia ke depan masih cukup baik di 2011 ini. [cms]
0 komentar:
Post a Comment