Oleh : Wahyu Munajat
Satu lagi hal yang membanggakan dari anak bangsa, sebuah film televisi berjudul Palupi telah dibuat oleh siswa-siswa SMK Negeri 3 Batu. Kreatifitas generasi muda yang patut mendapatkan apresiasi setinggi-tingginya. Film ini akan tayang 22 Januari 2012 disalah satu TV swasta nasional dan TV lokal Malang.
Film televisi ini adalah sebuah kolaborasi SMK Negeri 3 Batu bersama Confidemus Pictures dan CNO Production. Dibuatnya film Palupi ini merupakan bentuk perhatian dan upaya dari para sineas-sineas senior terhadap generasi penerus perfilman Indonesia untuk menghasilkan sebuah karya film yang baik.
"Jadi film Palupi ini adalah upaya sebagai pendampingan kita terhadap para generasi penerus perfilman Indonesia," ujar sang sutradara A. Nawir Hamzah.
Menurut pimpinan sanggar Teater Sendiri ini, dunia pertelevisian belakangan sudah jarang yang bersikap idealis memenuhi fungsi edukasi bagi masyarakat. Asal karyanya laku, rating oke dan disukai penonton, selesai perkara. Banyak hal yang menjadikan perjalanan pertelevisian kita ini salah jalan. Inilah yang harus kita perbaiki.
Film ini menghadirkan Qori Sandioriva (Putri Indonesia 2009) yang berperan sebagai tokoh utama, Palupi (versi dewasa). Bagi wanita berdarah Aceh tersebut, ini merupakan pengalaman pertamanya bekerja sama dengan siwa-siswa SMK.
"Saya sangat senang, ini adalah kali pertamanya saya bekerja sama dengan siswa-siswa SMK jurusan broadcasting dalam sebuah produksi film, meskipun usia mereka masih belia tapi mereka cukup baik dalam mempelajari tentang broadcasting, " ujar Qori.
Qori juga berharap semoga ilmu dan pengalaman yang di dapat selama proses pembuatan film ini kelak bisa menjadi bekal untuk menjadi sineas-sineas berbakat selepas lulus SMK nanti. "Terus belajar & terus kembangkan diri!" tutur Qori, menyemangati siswa-siswa SMK Negeri 3 Batu.
Selain Qori, film ini juga dibintangi beberapa aktor dan aktris muda berbakat seperti Abraham J (sebagai Pak Teguh), Tia (sebagai Bu Asih), Charis Lola (sebagai Palupi saat kecil), Byan Arasy Arary (sebagai Tegar besar) dan Moh. Shafil (sebagai Tegar kecil). Wali Kota Batu, Eddy Rumpoko juga ikut ambil andil dalam film ini, beliau beradu akting dengan Putri Indonesia 2009, Qori Sandioriva.
Film yang mengambil lokasi di kawasan Batu, Malang ini menceritakan tentang kehidupan keluarga Pak Teguh. Sebuah keluarga yang hidup di dalam garis kemiskinan, meski dengan kondisi seperti itu mereka tak terbatas dengan keterbatasannya. Mereka tetap semangat untuk menaklukan kemiskinan dengan keyakinan, harapan, dan keberanian sehingga mereka mampu meraih mimpi dan cita-cita.
Pak Teguh dan Bu Asih adalah sepasang suami-istri yang berbahagia dengan dua orang anak, Palupi dan Tegar. Mereka hidup sederhana, bahkan terkadang hidup dalam kekurangan. Keluarga Palupi tinggal tidak jauh dari rumah-rumah villa di sekitar kota Batu.
Pak Teguh adalah seorang sopir mobil carteran. Suatu ketika Pak Teguh mengalami kecelakaan lalu lintas hingga merenggut nyawa. Kehilangan Ayah yang dicintai merupakan hal yang cukup berat bagi kedua anaknya, Palupi 12 tahun dan Tegar 6 tahun. Sementara Asih perlu waktu untuk bisa berdiri sendiri tanpa pendamping.
Dengan berjualan jenang apel, Tegar dan Palupi membantu ibunya yang hanya seorang buruh tani dan berjualan apel demi membiayai kehidupan mereka. Beberapa ujian saat mencari nafkah kerap mereka lewati dengan perjuangan yang cukup berat. Kerasnya kehidupan telah membuat kedua anak itu menjadi benar-benar mandiri.
Suatu ketika ada dompet seorang ibu bernama Diana tertinggal di warung tempat Palupi mencuci piring, oleh Palupi dompet tersebut dikembalikan, namun Palupi menolak diberi uang. Kejujuran dan bekal budi pekerti yang mereka miliki membuat ibu Diana merasa simpati melihat kegigihan mereka berdua dalam meraih cita-cita, hal tersebut membuat mereka menjadi dekat dan Ibu Diana membiayai sekolah mereka. Hingga akhirnya Palupi berhasil meraih cita-citanya menjadi seorang guru.
Perjuangan Palupi belum berakhir dia masih harus membiayai sekolah adiknya, Tegar yang memiliki keinginan menjadi seorang petani bunga. Pendidikan itu perlu, karena masa kini dan masa nanti "Tidak ada tempat untuk orang bodoh".
Mungkin Kita sering merasa kehidupan ini tidak adil. Terkadang kesulitan dan penderitaan memang dapat memunculkan kebimbangan dan keputusasaan. Namun Tuhan tidak pernah menguji hamba-Nya diluar batas kemampuan. Semoga film inspiratif ini memberi inspirasi dan membuka mata hati kita bahwa kesulitan yang kita hadapi menawarkan kesempatan bagi kita untuk menggali siapa sejatinya diri kita.
"Sahabat-sahabatku, murid-muridku, orang tuaku, adik-adiku, kakak-kakakku, Sesungguhnya kepada kalianlah aku berguru" - A. Nawir Hamzah-
Berikut cuplikan adegan Film PALUPI :
0 komentar:
Post a Comment