Renungan | Kapan Kita Membahagiakan Orang Tua Kita | Gielien
Saat kita lahir, apa yang kita bawa?
kita hanya telanjang tanpa sehelai benang menempel di tubuh kita.
Kita menangis histeris dan disekitar terlihat senyum senang dan bahagia.
Apalagi raut muka mama yang tersenyum walau badannya lemas dan tak berdaya lagi.
Di malam hari yang sepi kita menangis karena ngompol,haus ataupun lapar.
Dengan sabar Mama dan Papa menghampiri kita dan menenangkan kita.
Saat kita sakit, orang tua kita panik dan berusaha sebisa mungkin untuk mengobati kita dengan membawa kita ke dokter.
Saat kita lahir, apa yang kita bawa?
kita hanya telanjang tanpa sehelai benang menempel di tubuh kita.
Kita menangis histeris dan disekitar terlihat senyum senang dan bahagia.
Apalagi raut muka mama yang tersenyum walau badannya lemas dan tak berdaya lagi.
Di malam hari yang sepi kita menangis karena ngompol,haus ataupun lapar.
Dengan sabar Mama dan Papa menghampiri kita dan menenangkan kita.
Saat kita sakit, orang tua kita panik dan berusaha sebisa mungkin untuk mengobati kita dengan membawa kita ke dokter.
Saat kita mulai bersekolah, Mama menyiapkan sarapan untuk kita makan. Papa mengantar kita ke sekolah. Saat kita berangkat, Mama tersenyum dan berkata di dalam hati "Dia akan menjadi orang sukses melebihi kesuksesan orang tua,Amien".
Setelah sampai di sekolah, Papa mengucapkan "belajar yang rajin ya anakku" seraya kita mencium tangan beliau. Orang tua kita sangat bangga pada kita dan berharap kita menjadi orang yang sukses kelak.
Saat dewasa,orang tua kita juga mulai bertambah tua. Kebutuhan kita semakin banyak. Kita banyak menuntut pada orang tua untuk membeli barang ini barang itu dikarenakan gengsi kita kepada teman sebaya kita. Kita tidak mau tau apa yang dilakukan Mama n Papa kita, yang penting kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Orang tua kita berusaha mengumpulkan uang untuk memenuhi keinginan kita. Karena yang mereka inginkan adalah kebahagiaan kita.
Namun, kita hanya slalu menuntut untuk mendapatkan barang yang kita inginkan tanpa ada cukupnya. Orang tua kita hanya bisa menangis di dalam hati saat kita meminta barang yang kita inginkan dengan membentak bentak dan kita memilih mendiamkan orang tua kita karena merasa orang tua kita tidak mampu memenuhi kebutuhan kita. Namun orang tua kita selalu berusaha dan berusaha untuk membuat kita tersenyum. Mungkin kita selalu berpikir "kewajiban orang tua menuruti apa yang anak minta dan membahagiakan anaknya" atau "Orang tua mencari uang buat siapa kalo bukan buat anaknya". Pikiran kita itu salah,orang tua kita juga perlu kebahagiaan.
Apa yang sudah kita beri ke orang tua kita?
apa kita selalu mendoakan mereka seperti mereka mendoakan kita?
Saat ini kita selalu mendapatkan apa yang kita inginkan dari orang tua kita. Kita masih selalu mengandalkan orang tua kita. Tapi orang tua kita tak selamanya mendampingi kita. Saat usia orang tua kita semakin bertambah dan akhirnya malaikat menjemput mereka. Kita hanya bisa menangis dan menyesal. Hidup kita yang serba dicukupi oleh orang tua kita kini sudah tidak lagi. Jika itu terjadi. Kapan saat saat kita membuat orang tua kita bahagia?
Kapan saat saat membuat orang tua kita bangga atas tindakan kita?
Bagaimanakah jika kalian selepas membaca renungan ini, Orang tua kalian sudah tidak ada alias pendek umur? Bagaimana rasanya jika kalian pulang dari suatu tempat telah mendapati Rumah kalian dihiasi bendera kuning dan melihat Orang tua kalian telah berpulang? Maka Hanya Tangisan Penyesalan yang hanya dapat kita sesali.
Renungan - Kapan Kita Membahagiakan Orang Tua Kita
Sumber By KASkUS
0 komentar:
Post a Comment