Tiba-tiba saja ada air yang langsung mendidih tanpa mengalami penghangatan terlebih dahulu. Lalu menggelegak, menjalar keluar teko layaknya lava panas yang siap meratakan setiap benda yang dilaluinya. Analogi ini layak disandingkan dengan keadaan Mesir pada saat ini. Dunia dan saya khususnya begitu terkejut dengan pemeberitaan bergejolaknya Mesir, sebab selama ini negara Piramid itu jauh dari kabar konflik pemerintahan. Setidaknya memang tak begitu terasa, berita yang memberitakan kekacauan di Mesir, sebelumnya.
Layaknya negara yang senyap dengan gonjang ganjing, maka perhatian dunia pun tidak akan di arahkan ke sana, Mesir. Berbeda sekali tentunya dengan Israel, Lebanon, Palestina, Korea Utara dan Selatan yang memang selalu menyedot perhatian dunia berkaitan dengan masalah-masalah yang terjadi di negara tersebut. Sepertinya awam tidak akan percaya dengan kenyataan ini, entah dengan mereka yang memiliki naluri intelijen atau bertugas sebagai intelijen. Mungkin mereka bisa memprediksi keadaan ini sebelumnya.
Keadaan ini tentu saja menjadi kontra diksi dengan pemberitaan sebelumnya dimana rakyat Mesir menginginkan Sang Presiden, terus memimpin Mesir. Karena pada kenyataannya keadaan Mesir saat ini berbanding terbalik dengan berita tersebut. Kesimpulan sementara, rakyat telah bosan dengan kepemimpinan otoriter Husni Mubarak.
Tapi, apa yang menjadi penyebab utama gejolak di Mesir sampai sekarang masih menjadi tanda tanya. Setidaknya, tidak ada pemberitaan yang benar-benar dapat menganalisa dengan persis apa penyebab chao itu. Hanya dapat menerka-nerka, bahwa kemelut itu terjadi karena pemerintahan Mesir dipimpin oleh Presiden yang otoriter, dikatator dan tidak memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Dengan gejolak yang telah meluas dan pengepungan kota oleh ratus ribuan massa, maka diyakini tampuk kepemimpinan Husni Mubarak tak akan bertahan lama.
Campur Tangan AS
Seperti dikutip dari AFP yang dilansir dari Daily Telegraph (29/2/2011) lalu, dari WikiLeaks disebutkan kawat diplomatik dari Kedubes AS di Kairo tertanggal 6 Desember 2007, The United States Agency for International Development (USAID) berencana untuk memberikan US$ 66,5 juta tahun 2008 dan US$ 75 juta di tahun 2009.
“Presiden Mubarak sangat skeptis pada peran AS dalam promosi demokrasi,” ujar salah satu kawat lain pada 9 Oktober 2007.“Namun, program (pemerintah AS) membantu mendirikan lembaga-lembaga demokrasi dan memperkuat suara individu untuk perubahan di Mesir,” tambah tulisan di kawat itu.
AS, berkontribusi secara langsung untuk ‘membangun kekuatan yang melawan Presiden’ Mubarak. Uang yang digunakan AS untuk mempromosikan demokrasi bertujuan untuk menjalankan program yang dilakukan oleh Pemerintah Mesir maupun warga sipil Mesir dan LSM AS yang di lapangan.
Menteri Kerjasama Internasional Fayza Aboulnaga telah mengirimkan surat pada Kedubes AS untuk meminta USAID menghentikan pendanaan pada 10 organisasi ‘atas dasar yang mana mereka tidak terdaftar sebagai LSM’, demikian bunyi kawat pada 28 Februari 2008. (detik.com).
Jika kawat yang dilansir oleh wikileaks ini benar adanya, maka semakin jelas lah bahwa kekacauan di dunia ini disebabkan oleh AS. Pemerintahan yang harus menganut sistem demokratis agar rakyat mendapat kesejahteraan dan keadilan adalah mimpi semu semata.
Rakyat biasa pada umumya tidak akan begitu peduli dengan siapa yang memerintah dan sistem apa yang digunakan, selama kesejahteraan masih terjamin. Karena demokrasi tak menjamin apa-apa selain kebebasan fiktif yang buram. Buram karena demokrasi hanya sebuah nama, rakyat tetap saja menderita. Indonesia mungkin menjadi salah satu contoh demokrasi yang kebablasan. Meski kebebasan itu telah ada, tetapi rakyatnya jauh dari kata sejahtera.
Namun meski rakyat tidak peduli dengan sistem pemerintahan dan siapa yang memimpin. Tapi selalu ada yang “peduli” dengan negara lain. Negara yang selalu “peduli” dengan pemerintahan negara lain adalah AS. Sama seperti “pedulinya” AS pada Korea Utara, Korea Selatan, Iran, dll. Maka kawat yang dilansir oleh Wikileaks sebelum konflik di Mesir ini, harusnya mendapat perhatian khusus.
Suramnya Masa Depan Perdamaian Palestin-Israel
Salah satu yang membuat Husni Mubarak menjadi semakin dikenal dunia ialah karena sikap netralnya terhadap konflik Israel-Palestina. Ia seringkali menjadi media bagi dialog antara kedua negara yang bertikai tanpa henti tersebut. Ketakberpihakannnya pada warga muslim Palestina bahkan sering dikecam oleh umat islam sendiri. Mesir, khususnya Husni Mubarak dituduh sebagai orang yang takut dengan AS karena Israel dibekingi oleh kekuatan AS.
Bila ternyata nanti Husni Mubarak memang lengser, maka masa depan perdamaian Israel-Palestina akan menjadi semakin suram. Sebab ketiadaan media dialog yang dianggap cukup netral dalam memandang konflik tersebut.
0 komentar:
Post a Comment