Pepatah orangtua yang mengatakan cinta saja tak cukup dalam perkawinan ternyata benar-benar dibuktikan oleh peneliti. Bagi pasangan yang baru menikah, rasanya tak masalah jika harus mengarungi bahtera rumah tangga hanya bermodalkan cinta. Tapi nyatanya tidak demikian, cinta saja tidak cukup.
Umur pasangan, riwayat hubungan sebelumnya, kebiasan merokok adalah beberapa faktor yang mempengaruhi usia perkawinan. Demikian menurut para peneliti dari Australian National University.
Studi yang dipimpin oleh Dr. Rebecca Kippen dan Professor Bruce Chapman dari The Australian National University, serta Dr Peng Yu dari the Department of Families, Housing, Community Services and Indigenous Affairs dilakukan terhadap 2.500 pasangan menikah.
Peneliti ingin mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan pasangan tetap langgeng atau justru bercerai. Cinta yang dimiliki sebuah pasangan ternyata tidak cukup kuat melawan datangnya hujan masalah dalam rumah tangga. Punya cinta banyak tapi ekonomi morat marit malah makin mempercepat tingkat perceraian.
Seperti dikutip dari Foxnews, Jumat (30/10/20009), peneliti menemukan banyak faktor selain cinta yang dapat meruntuhkan sebuah perkawinan. Dan dari fakta di lapangan selama 6 tahun (2001-2007), diketahui bahwa :
1. Suami yang usianya 9 tahun lebih tua dari usia istrinya, risiko bercerainya dua kali lebih tinggi dibanding suami yang tidak terlalu jauh usianya dengan istri. Penelitian lain memang menyebutkan perbedaan usia yang ideal adalah 5 tahun.
2. Satu dari lima pasangan yang memiliki anak sebelum menikah atau dari hubungan pasangannya dengan orang lain juga memiliki risiko bercerai sebanyak 9 persen.
3. Istri yang punya keinginan memiliki anak banyak ketimbang suami atau orang tuanya lebih mudah bercerai.
4. Pasangan suami istri yang memiliki orang tua yang pernah bercerai, risiko bercerainya sekitar 16 persen. Sedangkan mereka yang tidak punya orangtua yang bercerai, risikonya hanya 10 persen.
5. Jika salah satu pasangan sudah pernah menikah dan bercerai 2 hingga 3 kali, hampir 90 persennya akan bercerai. Namun begitu, mereka yang baru menikah dan bercerai 1 kali risikonya cukup kecil.
6. Sebanyak 16 persen pasangan mengaku memilih bercerai karena suaminya miskin atau tidak bekerja. Sedangkan mereka yang bercerai tapi ekonominya sehat hanya sekitar 10 persen.
7. Meskipun terdengar sepele, tapi faktor satu ini harus diperhatikan karena ada juga pasangan yang bercerai karena tidak suka dengan kebiasaan pasangannya yang merokok.
2. Satu dari lima pasangan yang memiliki anak sebelum menikah atau dari hubungan pasangannya dengan orang lain juga memiliki risiko bercerai sebanyak 9 persen.
3. Istri yang punya keinginan memiliki anak banyak ketimbang suami atau orang tuanya lebih mudah bercerai.
4. Pasangan suami istri yang memiliki orang tua yang pernah bercerai, risiko bercerainya sekitar 16 persen. Sedangkan mereka yang tidak punya orangtua yang bercerai, risikonya hanya 10 persen.
5. Jika salah satu pasangan sudah pernah menikah dan bercerai 2 hingga 3 kali, hampir 90 persennya akan bercerai. Namun begitu, mereka yang baru menikah dan bercerai 1 kali risikonya cukup kecil.
6. Sebanyak 16 persen pasangan mengaku memilih bercerai karena suaminya miskin atau tidak bekerja. Sedangkan mereka yang bercerai tapi ekonominya sehat hanya sekitar 10 persen.
7. Meskipun terdengar sepele, tapi faktor satu ini harus diperhatikan karena ada juga pasangan yang bercerai karena tidak suka dengan kebiasaan pasangannya yang merokok.
Wanita dan pria umumnya memilih pasangan berdasarkan kriteria cinta, atraksi fisik, kesamaan sifat, kepercayaan, dan perasaan berbagi. Namun berdasarkan hasil survei, faktor lain seperti materi, tingkat pendidikan dan sifat tidak egois dipercaya bisa mengurangi perceraian.
Faktor ekonomi juga ternyata sangat besar pengaruhnya terhadap langgengnya perkawinan karena sebagian besar perceraian timbul karena kepala keluarga yang tidak memberikan nafkah.
0 komentar:
Post a Comment