Sudah sejak lama ingin menulis topik ini. Baru sempat sekarang. Semoga cukup layak dibaca.
Mini market menyerbu! Sekitar 4 tahun terakhir fenomena ini menjadi perhatian yang menarik. Rak-rak yang tersusun rapi, variasi produk yang sangat banyak, pembayaran yang praktis dengan sistem kasir, ruangan ber-AC, tidak pengap, harga yang sangat kompetitif adalah beberapa hal yang menggambarkan keberadaan mini market. Sehingga, tidaklah mengherankan orang-orang langsung jatuh cinta pada mode toko ini. Pada bagian lain, para pedagang kelontong konvesional pun harus menghadapi pil pahit realita ini.
Ada konsumen ada produsen. Saya tidak terlalu tahu sejarah detail proses merebaknya mini market di Indonesia. Tapi saat orang bertanya apa itu Alfamart dan apa itu indomaret, saya yakin hampir seluruh orang Indonesia akan tahu. Dua label tersebut adalah pemain yang cukup intens dalam persaingan mini market. Untuk menjangkau banyak wilayah sistem waralaba dikelurkan oleh dua ritel ini. Bagi investor tentunya ini adalah peluang investasi yang sangat menggiurkan. Jaminan stok barang dan nama yang sudah mapan membuat investor tidak terlalu memikirkan investasi awal yang diperlukan dan skema royalti fee yang harus dibayarkan pada pemilik waralaba. Maka dari itu tkota hingga kampung paling terpencil.
Konsumen tentunya sangat diuntungkan dengan keberadaan mini market dengan keunggulan-keunggulan yang dimiliki seperti yang telah disebutkan di atas. Namun di sisi lain, keberadaan mini market pun secara perlahan tapi pasti bisa menggilas keberadaan pedagang konvensional. Inilah rimba manusia, who the fittest that will survive.
Ok, itu intermezo. Fokus ketertarikan saya mengenai fenomena minimarket ini adalah seperti judul post ini. Alfamart vs Indomaret. Sebenarnya, selain dua nama ini ada juga pemain-pemain lain yang bermain di usaha mini market, Namun untuk saat ini dua nama tadi lah yang cenderung mendominasi.
Konfrontasi (jika boleh dikatakan begitu) dua ritel mini market ini jika dilihat membuat geli dan agak tidak masuk akal. Saat satu waktu dibuka ritel indomaret baru, selang 1 atau 2 bulan dalam jarak yang tidak berjauhan, bahkan terkadang bersebrangan dan bersebelahan dibuka alfamart baru. Sama juga di saat ada dibuka alfamart baru tak akan lama indomaret pun berdiri tidak lama kemudian.
Dengan bisang usaha yang persis sama, pelayanan adalah hal yang harus benar-benar ditonjolakan dalam menjaga loyalitas pelanggan. Dari pengalaman pribadi saya terhadap dua minimarket ini, khususnya di lingkungan tempat tinggal saya, saya menarik kesimpulan-kesimpulan berikut.
Pertama, ketersediaan produk antara dua mini market ini cukup imbang. Sama-sama memiliki variasi produk yang banyak dan beragam. Demeikian juga mengenai tata ruang, tidak banyak berbeda. Servis dan pelayanan? Inilah dimana perbedaan terjadi. Indomaret sangat mengecewakan. Tapi itulah yang saya rasakan. Servis pelayannya sangat mengecewakan. Tak jarang ketika butuh bantuan tidak mendapat tanggapan yang memadai. Yang paling menyebalkan adalah kasirnya yang sangat tidak ramah.
Sebaliknya terjadi pengalaman yang berbeda di Alfamart. Servisnya sangat bagus. Setipa menanyakan sesuatu langsung ditanggapi dengan baik. Kasirnya sangat ramah, muda-muda dan yang terpenting… cantik-cantik. Apalagi cukup banyak karyawti berjilbab yang bekerja di mini market ini. Cukup menyejukan hati.
Maka dari itu, sudah sejak lama saya menjadi pelanggan setia alfamart dan hampir tidak pernah ke mini market pesaingnya tadi.
Ini hanya opini yang disimpulkan dari riset dalam lingkup terbatas. Jadi jangan dijadikan generalisasi, namun semoga juga bisa menjadi masukan bagi pihak-pihak pengambil keputusan di dua ritel itu.
0 komentar:
Post a Comment